Kampung Mojopahit dibuka pada tahun 1956, tepatnya pada hari Jum’at pahing tanggal 27 April 1956 oleh jawatan transmigrasi.
Sebelum ditetapkannya nama kampung tersebut terkenal dengan sebutan blok 14.
Mojopahit yang mempunyai luas 368 ha yang berbatasan dengan :
- Sebelah barat berbatasan dengan Way Punggur
- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Gunung Sugih
- Sebelah timur berbatasan dengan Kampung Astomulyo
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kampung Ngestirahayu
Para Transmigran yang didatangkan dari pulau jawa antara lain :
- Jombang Jawa timur sebanyak : 23 KK
- Bandung Jawa barat sebanyak : 27 KK
- Yogyakarta (DIY) sebanyak : 30 KK
- Semarang Jawa tengah sebanyak : 25 KK
- Banyumas Jawa tengah sebanyak : 20 KK
- Pekalongan Jawa tengah sebanyak : 25 KK
Adat istiadat masih mengikat, dimana penduduk masih mempertahankan pembawaan kebiasaan masing-masing.
Sebelum ditetapkannya nama kampung tersebut wakil dari rayon mengadakan musyawarah dan saling mengajukan pendapat calon nama kampung, dan ternyata nama MOJOPAHIT menjadi kesepakatan, sekaligus memilih kepala kampung yaitu Bapak Adiwangsa yang dibantu oleh beberapa perangkat kampung.
PEMERINTAHAN ADIWANGSA ( 1956-1964)
Sistem pemerintahan pada waktu itu masih sangat sederhana, hubungan pemerintahan kecamatan yang berjarak 10 km sangat sulit,transportasi hanya menggunakan sepeda terpedo milik kepala desa, jadi belum ada kendaraan motor apalagi mobil.
|
Ekonomi masyarakat pada waktu itu masih baik, kecuali masih menerima jatah pangan dari pemerintah, tanam tumbuhpun masih subur.
Sosial :
Sarana pendidikan belum ada, hanya inisiatif WA.Kadir yang merintis mengumpulkan anak-anak wajib belajar untuk dididik menurut kemampuan yang ada, alat tulis yang sangat sederhana dan ditempatkan dirumah penduduk.
Derajat kesehatan masih rendah dimana Balai pengobatan yang jaraknya 10 km menjadikan masyarakat penderita sakit enggan berobat ke balai pengobatan, mereka memilih berobat ke dukun.
Penyakit yang menjangkit pada waktu itu adalah malaria dan penyalit kulit.
Peribadatan pada waktu itu masih ada beberapa surau kecil yang sangat sederhana.
Kebudayaan :
Kebudayaan dimasa itu hanya ada kesenian ludruk (versi Jawa timur), serta pencak silat dari Jawa barat.
Pertahanan keamanan :
Keamanan stabil, hal ini menunjukkan bahwa daerah surplus keamanan akan terjamin, namun demkian satuan PKD juga telah terbentuk dan perondaan berjalan dengan baik.
Puncak kejayaan:
Pada waktu itu pemerintahan Adiwangsa dalam pertengahan tahun1962 dengan gotong royong membangun SD darurat, yang dikelola guru honorer.
Adiwangsa menjabat sebagai kepala desa hingga tahun 1964 yang digantikan oleh Kartadiwangsa.
PEMERINTAHAN KARTADIWANGSA : (1964-1968)
|
Pada waktu pemerintahan Kartadiwangsa, politik sudah bermunculan saling pamer program, adat istiadat mulai tidak mengikat, penduduk mulai bertambah, baik pendatang maupun kelahiran.
Hubungan pemerintah Kecamatan mulai lancar walau ditempuh dengan sepeda, namun sudah banyak. Media elektronika mulai ada.
Perekonomian
Ekonomi masyarakat mulai menurun, akibat kurang perhitungan serta ilmu pengetahuan petani cara mengelola lahan tanah mulai gersang namun berkat adanya investor yang mendirikan pabrik tepung tapioka maka kehidupan petani dapat tertolong.
Sosial
Pemerintahan Kartadiwangsa dengan kekuatan swadaya murni masyarakat membangun SD semi permanen tiga lokal dan seorang guru negeri dibantu guru honorer. Karena membludaknya anak usia sekolah, maka bersama pemuka masyarakat mendirikan Madrasah Ibtidaiyah.
Derajat kesehatan mulai meningkat dimana Pusat Kesehatan berpindah bersama dengan kepindahan Ibukota Kecamatan Punggur ke Tanggulangin Rumah ibadah bertambah menjadi tiga buah dan dapat digunakan untuk sholat Jamaah.
Budaya
Disamping kesenian yang ada, juga mulai tumbuhnya kesenian lain yaitu Orkes Keroncong, Jaran Kepang, ketoprak dan rodad.
Pertahanan dan Keamanan
Survey telah membuktikan, dimana ekonomi masyarakat menurun, keamananpun menurun pula, namun hal ini dapat terkendali berkat satuan keamanan hansip dan perondaan.
Puncak kejayaan
Pada waktu itu dengan kekuatan swadaya murni natura singkong dan bata membangun sebuah masjid, serta memecah dusun menjadi 4.
Kartadiwangsa memerintah hingga tahun 1964, karena pergolakan Politik adanya PNI ASU. Kemudian digantikan oleh Akhmad Kusen.
4
PEMERINTAHAN AKHMAD KUSEN (1968-1972)
4 |
Pada masa Pemerintahan Akhmad Kusen, pepatah mengatakan lain koki lain masakan. Pada waktu itu pertama kali Pemerintah memberikan Subsidi untuk merangsang pembangunan di Kampung yang dipadukan dengan swadaya masyarakat untuk membangun gorong-gorong.
Pada waktu itu menghadapi Pemilu yang pertama dijaman Orde Baru. Namun nasib tak dapat dihindari, Akhmad Kusen memerintah tidak lama karena mendapat permasalahan, yang kemudian di jabat sementara oleh Sekretaris Kampung yaitu Wiyono Abdul Kadir.
Pada waktu dijabat oleh W.A.Kadir masyarakat menerima bantuan pangan yang lebih dikenal WFP, berupa bulgur, terigu,dan lain-lain, dan W.A.Kadir menjabat sampai dengan tahun 1972, digantikan oleh Kartadiwangsa.
PEMERINTAHAN KARTADIWANGSA II (1972-1979)
Pemerintahan Kartadiwangsa II mengalami kemajuan yang pesat dimana Politik stabil, setelah diadakan Pemilu yang pertama. Ditahun itu juga dibentuk suatu lembaga kemasyarakatan yaitu LSD.
Perekonomian
Sistem perekonomian mengalami kemajuan sebagaimana tersebut diatas dibarengi dengan adanya Bimas Polowijo. Penyuluhan berjalan, baik dari Satpel Bimas kecamatan maupun khusus dari dinas pertanian, serta diadakannya cekplot, denplot (percontohan). Kemudian disusul tidak kalah pentingnya dengan diberikannya gaduhan sapi dan CESS(BPSD) kurang lebih tahun 1974.
Tahun 1975 kunjungan kerja Gubernur Lampung yang memberikan bantuan satu unit Huller besi.
5
Sosial
5 |
Nasib memang tidak bisa dipungkiri, Gedung SD yang tadinya dibangun semi permanen ketemu lagi yang kemudian dibuat permanen. Selanjutnya Pemerintah yang dikenal dengan Inpres mendirikan bangunan SD. Balai Kampungpun dibangun beberapa tahap, mengingat masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Sarana peribadatan bertambah, walaupun hanya berbentuk semi permanen. Derajat kesehatanpun meningkat.
Budaya
Kesenian hidup kembali, dimana beberapa tahun diam tidak ada yang bergerak. Disamping itu Kartadiwangsa adalah seorang yang berjiwa seni terutama kesenian Jawa.
Pertahanan dan Keamanan
Keamanan terkendali berkat adanya satuan Hansip Wanra serta perondaan.
Puncak kejayaan
Dimana Pemerintahan Kartadiwangsa II, berkat aktifnya LSD yang telah dibentuk menjadikan LSD Kampung Mojopahit dijadikan LSD PERCONTOHAN =,sebagaimana dibina terus oleh Dinas Instansi, namun juga tidak ada henti-hentinya dikunjungi LSD dilain tempat. Dusun dipecah menjadi 5.
Kartadiwangsa memerintah yang kedua kalinya hanya sampai tahun 1979 dan digantikan oleh Jikun Hs.
PEMERINTAHAN JIKUN Hs (1979-1988)
Jikun Hs memerintah ibarat gayung bersambut. Mengapa demikian? karena sebelum menjabat Kepala Kampung sudah berkecimpung di kepamongan serta menjabat sebagai ketua LSD.
Keadaan Politik pada waktu itu stabil, Lembaga Musyawarah Desa aktif dan difungsikan, LSD menjelma menjadi LKMD.
Perekonomian
Ekonomi masyarakat mengalami perubahan yang pesat, dimana dari olah tanah darat menjadi olah tanah sawah, dan menggunakan sarana produksi lengkap sebagaimana penyuluhan berjalan terus.
6
Jikun Hs bekerja sama pihak ketiga merubah sistem giling Heller dari Huller besi ke Huller setake (sistim satu kali giling).
6 |
Pada waktu Pemerintahan Jikun Hs sering diadakan perlombaan-perlombaan seperti : lomba tanam singkong kawinan, lomba giling terbanyak, serta lomba dusun terbaik. Gaduhan sapi berkembang baik.
Sosial
Sarana pendidikan sudah lengkap, ditambah mendirikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama PGRI yang tempatnya dititipkan di Balai Kampung. Serta mendirikan TK Pertiwi dan dibangunnya 3 lokal gedung PKK.
Derajat kesehatan meningkat, dimana pada tahun 1984 didirikannya Puskesmas Pembantu. Dalam pembangunan Puskesmas tersebut Kampung menyediakan lokasi, pengisian mebuleir serta biaya peresmiannya.
Sarana peribadatan bertambah dan perubahan dari bangunan semi permanen menjadi permanen dengan kekuatan swadaya murni masyarakat. Disamping itu juga merehabilitasi Masjid Agung besar-besaran.
Budaya
Kesenian tetap seperti pada zaman pemerintahan Kartadiwangsa. Budaya-budaya yang bersifat pemborosan juga berkurang seperti, bila ada kematian sebelumnya pada masak-memasak, setelah di berikan penyuluhan sekarang tidak ada.
Budaya menjemur pakaian dipagar juga tidak ada. Budaya menyumbang orang khajatan menggunakan natura beras juga tidak ada.
Pertahanan Keamanan
Keamanan terkendali, satuan Hansip perondaan aktif serta ditempatkannya Babinsa dan Binmas.
Puncak kejayaan
Dimasa pemerintahan Jikun Hs, PKK sangat aktif dimana hasil kegiatan dapat dirasakan sampai sekarang seperti jimpitan beras, arisan, dan lain-lain. Program KBpun berhasil
|
Jikun Hs memerintah sampai tahun 1988 kemudian digantikan oleh M.Sudopo.
PEMERINTAHAN M. SUDOPO (1988-1997)
Sistim pemerintahan M. Sudopo lancar sebab kendaraan umum, dan pribadi sudah banyak. Hubungan dengan pemerintahan Kecamatanpun sangat mudah.
Politik
Keadaan politik stabil, LMD berjalan dan diadakan reorganisasi.
Perekonomian
Ekonomi masyarakat rendah akibat dari pertambahan penduduk sedangkan areal persawahan tetap. Hal ini masyarakat banyak yang bekerja pada perindustrian ataupun pekerja kasar untuk menambah penghasilan keluarga. Huller dipindah tempat.
Penggemukan sapi bekerja sama dengan PT. GGLC.
Sosial
Keadaan pendidikan dari TK s/d SMP lancar. SMP PGRI menempati tanah sendiri, yang kemudian kampung menyediakan tanah untuk pembangunan SMP Negeri. Sudah banyak lulusan perguruan tinggi. Tempat peribadatan lengkap, derajat kesehatan masyarakat baik.
Budaya
Dimasa itu kesenian bertambah yaitu Sholawatan ada tiga macam, yaitu: Sholawatan versi janen-janen, Sholawatan versi yogyakarta dan Sholawatan versi Prembun.
Pertahanan Keamanan
Keamanan stabil, satuan Hansip perondaan berjalan dengan baik.
8
Puncak kejayaan
8 |
Pada pemerintahan M. Sudopo berhasil mengeraskan jalan kampung, dan membongkar Balai Desa, menempati Balai pertemuan PKK.
M. Sudopo memerintah sampai tahun 1997 dan sebagai Pjs adalah Sumino. Pada pemerintahan yang dijabat sementara oleh Sumino, cara menjalankan roda pemerintahan sering mengadakan musyawarah dengan pamongnya. Sifat karakteristik beliau to the point, tidak bertele-tele.
PEMERINTAHAN SUMINO (1997-2000)
Sumino menjabat kurang lebih tiga tahun, bersamaan dibangunnya Gedung SLTP Negeri, merenovasi Lumbung Desa menjadi gedung TK, serta jalan kampung sepanjang 200 meter, meresmikan kesenian campur sari.
Pemerintahan berakhir kemudian digantikan oleh Misman.
PEMERINTAHAN MISMAN (2001)
Pada pemerintahan Misman banyak mengalami perubahan/pergantian dimana yang dikenal dengan zaman reformasi. Para perangkat Kampung diganti yang muda dan berpendidikan minimal SMP.
Misman memerintah lebih banyak belajar, namun tidak ada hambatan yang berarti.
Politik
Keadaan politik stabil, pelaksaan Pemilu, Pilpres, dan Pilbup berjalan aman dan lancar. LMD berubah menjadi DPK lewat pemilihan langsung, aktif dan difungsikan.
LKMD berubah menjadi LPMK aktif dan difungsikan.
Program utama yang dilaksanakan oleh Misman adalah pelebaran jalan kampung, penerangan jalan, pengerasan jalan dan Telah dilaksanakan.
Sekian dan demikian Sejarah singkat Kampung Mojopahit, mohon kiranya masyarakat dapat betul-betul mempelajari lebih dalam jangan asal manut grubyug ora ngerti rembug, hanya berpendapat sepintas.
Akhirnya marilah kita berdo’a semoga Tuhan Yang Maha Esa mengabulkan permohonan masyarakat Kampung Mojopahit agar aman, damai sejahtera, tukul kang sarwo tinandur, murah kang sarwo tinuku, tinebihna saking rubeda, Rarasing rasa wiwasaning praja.